Medan—Suara Guru. Hubungan PGRI dan Kemendikbud harus akrab. Demikian disampaikan Mendikbud Muhadjir Effendi dalam Pembukaan Konferensi Kerja Nasional Ke IV PGRI 2017, di Hotel Adimulia, Medan, Sabtu, 28/01/2017.
Muhadjir menjelaskan bahwa dalam dirinya mengalir darah guru. “Ayah saya seorang guru dan Kepala Sekolah Dasar. Tentu saja ia adalah anggota PGRI bahkan menjadi Ketua Distrik,” katanya.
“PGRI harus menjaga sifat unitaristik, yaitu berdiri di atas semua golongan, karena PGRI tersebar di seluruh provinsi dan anggotanya berasal dari beragam suku, agama, dan Bahasa,” katanya. Muhadjir berharap agar PGRI harus mempercepat terbentuknya asosiasi profesi guru sesuai tuntutan regulasi dan juga tuntutan pengembangan kompetensi guru.
Paradigma guru hanya bekerja di kelas harus dihapus, karena guru juga mendidik dan menyiapkan bahan di luar kelas. “Kementerian sedang melakukan upaya penyederhanaan atas hal tersebut,” katanya.
Muhadjir juga menyinggung masalah sistem tunjangan guru saat ini yang memang ribet bukan saja bagi penerimanya tetapi juga bagi yang menghitungnya. “Karena itu, sistem tunjangan guru memang perlu diperbaiki seperti halnya tunjangan dosen yang lebih baik cara pembayarannya,” tuturnya.
Pembinaan guru dilakukan melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). “Pemerintah akan memberikan block grand, dan mohon PGRI mengawasi penggunaan dana tersebut oleh KKG dan MGMP, sehingga tepat sasaran,” katanya.
Saya tidak percaya guru tidak bermutu karena sudah belajar empat tahun di kampus. Banyak guru yang pintar. Guru mengajar berdasarkan kisi-kisi materi yang akan di-UN-kan, dan tidak boleh berubah-ubah. “Jangan menguji siswa dengan apa yang belum dipelajari siswa,” tuturnya. (JEN)