Pada awal Maret 2024 nanti PB PGRI akan melaksanakan Kongres untuk memilih ketua umum dan pengurus yang baru. Pemilihan ketua umum dan ketua PGRI di semua tingkatan akan menentukan kinerja organisasi. Arah dan citra organisasi akan ditentukan oleh kapasitas dan integritas pimpinan tertinggi di semua tingkatan.
Secara garis besar tugas pemimpin dan pengurus adalah rekrutmen anggota, iuran anggota, dan perjuangan yang di antaranya adalah kesejahteraan guru, perlindungan guru, peningkatan kompetensi, dan badan usaha. Semua ini harus berjalan simultan atau tidak ada yang prioritas dan tidak prioritas. Di sinilah pentingnya kerja kolektif dan kolegial.
Urip Kresna dari PGRI DKI Jakarta menulis, sependapat dan sangat setuju tentu banyak potensi yang bisa digali oleh PGRI selain melayani dan memperjuangkan kesejahteraan anggota, tentu dengan jumlah anggota yang sangat besar merupakan potensi pasar yang sangat menjanjikan. Ijin berbagi praktik baik alhamdulilah kebetulan di DKI jakarta ada namanya Koperasi Keluarga Guru Jakarta (KKGJ) yang anggotanya para ASN guru dan Tendik SD berdiri sejak tahun 1953, bidang usaha antara lain Unit Simpan Pinjam, memiliki 5 agen gas, 2 SPBU, persawahan kurang lebih 50 hektar di Karawang, KKGJ mart, beberapa sekolah, dan perdagangan umum yang mencakup kebutuhan para anggota seperti kredit motor, rumah, elektronik, dan lain-lain. Hari ini 16 Desember 2023 insya Allah memberangkatkan jamaah umroh sebanyak 70 orang dari keluarga guru SD bersama KKGJ. Saya sendiri sebagai ketua pengawas KKGJ. Saya yakin PGRI yang anggotanya berada di seluruh jenjang dan di seluruh Indonesia bisa lebih besar lagi. Maaf tidak bermaksud riya tapi hanya berbagi praktik baik, terima kasih .
Inilah salah satu contoh hasil kepemimpinan PGRI yang berhasil dan kreatif. PGRI Jawa Tengah juga sarat dengan prestasi dan kreativitas dalam mengelola organisasi guru. Misalnya bank guru, hotel, kampus, dan majalah. PGRI di setiap daerah dan tingkatan lainnya juga memiliki prestasi dan legacy yang harus dijaga jangan sampai punah.
Tidak mudah melahirkan ide-ide kreatif yang berhasil sukses dalam implementasi tapi lebih sulit lagi menjaga dan merawat legacy program-program dari pemimpin sebelumnya. Pemimpin PGRI yang tepat akan mengembangkan organisasi dan meninggalkan warisan program dan aset yang besar. Sebaliknya, salah memilih pemimpin akan menjatuhkan PGRI pada jurang kehancuran tidak hanya secara materi tetapi marwah atau harga diri.
Tidak sedikit aset PGRI yang dikuasai pribadi, konflik yayasan, iuran macet, forum organisasi tidak jalan, adalah cermin kegagalan pemimpin yang dimulai dari kesalahan dalam memilihnya. Kontrol internal lemah sehingga kontrol eksternal atau pengurus PGRI di atasnya harus dijalankan sebaik mungkin. Kevakuman organisasi tidak boleh dibiarkan berlangsung lama.
PGRI dituntut mampu menghasilkan kader-kader pemimpin yang punya kapasitas dan integritas tidak saja menjaga warisan-warisan baik tetapi juga melahirkan ide dan program baru sesuai perubahan zaman. Keberhasilan pemimpin tidak saja mampu kreatif dan menjaga warisan baik tetapi menyiapkan dan melahirkan kader-kader pemimpin masa depan. Pemimpin yang baik tidak bisa dinilai dari lamanya berkuasa tetapi dari kaderisasi yang disiapkannya .
Keberhasilan PGRI tidak semata keberhasilan ketuanya tetapi keberhasilan kolektif. Pemimpin yang dikelilingi bawahan yang menerima segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Pemimpin yang memiliki bawahan yang bekerja dedikatif dan tanpa pamrih. Bawahan yang tahan banting menghadapi dinamika organisasi dan konflik karena sadar yang penting adalah apa yang bisa diberikan untuk PGRI. Kepemimpinan sejati PGRI adalah ketua yang menghargai kinerja bawahan, dan bawahan yang menghormati ketua. Perlakukanlah orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan orang lain.