Menyambut Hari Pendidikan Nasional 2018, kami mengucapkan Selamat Hari Pendidikan Nasional. Semoga hak warga negara memperoleh pendidikan berkualitas dan terjangkau dapat dipenuhi dengan baik.
Pendidikan bermutu adalah kunci bagi kemajuan bangsa. Berbagai persoalan yang mendera bangsa ini bila ditelusuri lebih jauh salah satu sebab utamanya karena foundasi pendidikan, kebijakan, dan pelaksanaan pendidikan masih jauh dari harapan. Memasuki 100 tahun Indonesia https://bestreplicawatchreview.com merdeka, Indonesia menghadapi persoalan besar terkait dengan kesiapan sumber daya manusia, riset dan teknologi kalah dengan bangsa-bangsa lain, mutu pendidikan yang masih rendah, guru yang tidak berdaya baik dari kualitas, kesejahteraan, kekurangan guru, dan perlindungan. Darurat pendidikan menjadi bahasan penting memasuki era disrupsi.
PGRI menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya khususnya kepada Kemdikbud dan Kemristekdikti dalam penyelenggaraan pendidikan mulai dari PAUD hingga pendidikan tinggi. Apresiasi terhadap perluasan akses, manfaat KIP mencegah anak putus sekolah, dan keterbukaan Kemdikbud terhadap data dan informasi, pengangkatan guru honorer bertahap, UN tidak dijadikan patokan kelulusan dan penyelenggaraan UNBK, dan keinginan menata keruwetan e-juice.ca administrati tata kelola guru. Apresiasi kepada Kemristekdikti atas kenaikan posisi Indonesia dalam jurnal internasional, cepat tanggap respon Kementrian menghadapi gelombang revolusi industri 4.0 dan mendorong kampus baik perguruan tinggi negeri maupun swasta meraih keunggulan melalui akreditas dan sejumalh indikator lain yang memungkinakan PTN/PTS sama-sama bersaing ataupun sama-sama berkolaborasi.
Politik Nasional
Memasuki tahun politik sebagai bagian dari proses demokrasi nasional, Pengurus Besar PGRI mengharapkan persatuan dan kesatuan bangsa menjadi nilai utama meski pilihan berbeda. Tensi politik yang mulai menguat dan memanas dapat diredakan oleh para pemimpin nasional, pemimpin politik, ulama dan tokoh agama, kepolisian, TNI dan semua pihak yang berwenang, Pilihan boleh beda, tetapi jangan sampai mengoyak kesatuan dan persatuan.
Pendidikan Nasional
Sejumlah catatatan penting disampaikan sebagai berikut:
Adanya cetak biru Pendidikan Nasional. Hingga saat ini cetak biru pendidikan belum terlihat. Renstra belum jelas sampai habis masa pemerintahan, bahkan belum merespon kebutuhan revolusi industri 4.0. tidak heran pendidikan karakter juga jalan di tempat karena bentuk, model, dan strateginya belum jelas.
Platform SDM Indonesia yang berkualitas, terbukaterhadap ide-ide baru, kreatif, memiliki ketrampilan hard and soft skill, visioner sesuai dengan tuntutan revolusi industri 4.0.
Kurikulum yang masih mendua, antara kurikulum 2013 dan 2006 yang berbeda sustansi dan pendekatannya. Yang satu menekankan HOTS yang satu belum. Sehingga menimbulkan protes. HOTS itu bukan soal sulit tapi soal yang menuntut penalaran dan logika berpikir tingkat tinggi, bersfat abstraksi. Proses pendidikan belum kearah sana sehinga tidak heran menimbulkan rekasi ketika UNBK .
Proses pembelajaran di kelas harus diperbaiki. Lemahnya skor dalam PISA dan TIMMS mengindikasikan ada permasalahan dalam kelas. Mutu pendidikan sejatinya bermuara pada proses di kelas. Itu sebabnya PGRI berperan aktif tidak menunggu tapi berkontribusi melakukan akselerasi dalam peningkatan mutu guru dan siswa melalui PGRI Smart Learning Center yang dipimpin oleh Prof. Eko Indrajit.
UNBK harus diapresiasi sebagai bentuk terobosan. Menghilangkan contek mencontek sebagai tradisi asal lulus. Tetapi penyelenggaraanya harus dievaluasi dari tahun ke tahun. Bentuk soalnyapun harus diperbaiki.
Pelatihan guru masih sangat kurang. Padahal inti dari kualitas guru bukan pada pelaksanaan sertifikasi guru. Yang utama pada pengembangan keprofesian berkelanjutan yang hampir tidak tersentuh. Program SIM PKB adalah kebijakan pejabat sebelumnya yang sarat dengan kamuflase karena guru bukan dilatih tapi diberi soal yang harus diisi setiap hari dan kalau jawabannya jelek diberi rapor merah. Bukan diperbaiki kekurangan dan dilatih. Pendekatan pelatiahn masih diperlukan dalam kluster-kluster. Guru-guru yang sudah sangat maju dapat menajdi tutor sebaya. Jangan gantungkan semua pealtihan guru dengan online dan diserahkan kepada guru sendiri seperti dalam SIM PKB. Ini menjerumuskan.
Darurat guru memberikan dampak berentetan terhadap darurat pendidikan. Efeknya seperti bola salju. Kekurangan guru, ketidakmampuan guru merespon perkembangan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pusingnya guru menghadapi beragam tugas-tugas administrasi, tiadanya pelatihan, lemahnya perlindungan, kenaikan pangkat, tunjangan profesi yang aturannya tidak kunjung turun, impasing, sertifikasi guru, intervensi pihak lain dalam kelas, masalah guru swasta, kenaikan pangkat, Dapodik, adalah masalah klasik yang utamanya sebenarnya sederhana, yaitu kemauan mengubah regulasi /juknis yang tidak dilaksanakan hingga saat ini. Ini yang membuat guru tidak merdeka dan tidak berdaulat sehingga menghasilkan proses pendidikan yang tidak berkualitas. Pendidikan karakter sebagai ikon penting perubahan bangsa masih jauh dari keberhasilan dan kehilangan ruhnya. Darurat pendidikan melebihi dari darurat guru tapi darurat guru memberikan sumbangan besar pada darurat pendidikan. Penghapusan TIK di era pentingnya TIK dalam pembelajaran menimbulkan dampak yang luas bagi kesiapan siswa maupun guru menghadapi revolusi teknologi, demikian juga nasib terhadap guru-guru bahasa asing maupun guru lainnya di SMK yang semua ada dalam Dapodik kemudian ditiadakan seharusnya ditinjau ulang.
Kemdikbud sebaiknya fokus pada bagaimana Pendidikan menjadi platform penting dalam kemajuan bangsa ini. Kementrian utamanya Dir.GTK harus ditransformasi utamanya dalam cara berpikir. Tidak usah mencampuri terlalu jauh urusan organisasi profesi melainkan fokus pada bagaimana tata kelola guru dan tenaga kependidikan memberikan sumbangan terbaik dalam peningktan mutu pendidikan secara nasional.
Pengurus Besar PGRI
Unifah Rosyidi