Masih segar dalam ingatan peristiwa dua tahun yang lalu, tepatnya hari senin tanggal 14 Maret 2016. Apa itu? Saat itu sekitar tengah hari saya merasa laksana disambar petir di siang bolong tatkala seorang staf di DPD-RI menelepoin saya mengabarkan bahwa pak Sulistyo meninggal dunia. Antara percaya dan tidak saya mencari informasi ke sana ke mari terutama nomor-nomor di Pengurus Besar PGRI. Semuanya buntu tidak satupun nomor dapat tersambung. Lalu saya mencoba mencari informasi dari DPD-RI dan dari situlah saya mendapatkan informasi yang sebenarnya meskipun belum jelas betul. Sungguh benar-benar saya merasa terpukul dengan berita itu, karena pada hari Jumat kami masih telepon-teleponan. Beliau menanyakan kesehatan saya yang baru beberapa hari saya keluar dari rumah sakit Advent Bandung setelah lima hari di rawat. Beliau mengatakan baru keluar dari RS Gatotsubroto sehabis pemeriksaan kesehatannya dan meminta maaf belum bisa nengok. Saya jawab tidak mengapa kita saling mendoakan saja dan saya laporkan bahwa hari Kemis telah ada utusan dari PB PGRI yang menengok saya di rumah. Semula saya duga wafatnya beliau adalah kelanjutan penyakit yang dikeluhkan selama ini, tetapi Subhanallah kagetnya bukan main karena ternyata kepergiannya disebabkan oleh satu kecelakaan di RS Mintoharjo (RS Angkatan Laut RI) ketika sedang manjalani terapi. Baru sore harinya saya menerima telepon dari pak Sudarto mantan Ketua PGRI Jawa Tengah yang mengabarkan secara jelas kronolgis kejadiannya. Pemakaman dilaksanakan keesokan harinya di Banjarnegara kampung kelahirannya. Sayang saya tidak ikut menghadiri acara pemakaman karena kondisi kesehatan. Saya baru menyempatkan diri melayat ke keluarganya di Semarang pada hari minggu tanggal 20 Maret 2016. Allahuakbar. Allah Maha Besar dengan segala keagunganNya telah memanggil hambanya yang paling disayang.
Saya mengenal beliau semenjak dan selama saya menjabat sebagai Ketua Umum PB PGRI hasil Kongres di Lembang tahun 1998. Saat itu pak Sulis sebagai anggota pengurus PGRI Provinsi Jawa Tengah. Dalam kapasitas itulah saya banyak berinteraksi dengan pak Sulis melalui forum-forum organisasi baik di kawasan Jawa Tangah maupun di Pengurus Besar dan di forum lainnya. Makin lama hubungan kami makin rapat interaksi dan komunikasi tidak hanya bersifat formal fungsional organisasi akan tetapi lebih dari itu termasuk interaksi pribadi dan akademis. Dalam perjalanan kepengurusan PGRI Provinsi Jawa Tengah tatkala pak Sudarto terpilih sebagai Ketua PGRI Jawa Tengah, pak Sulis menduduki jabatan sebagai Sekretaris PGRI Provinsi Jawa Tengah. Ketika diselenggarakan kongres PGRI di Semarang tahun 2003 pengurus PGRI Jawa Teengh di bawah kepemimpinan pak Sudarto dan pak Sulistyo bekerja keras untuk menyukseskan kongres PGRI. Lebih dari itu, kedua beliau sekaligus menjadi tim sukses saya untuk memduduki jabatan ketua umum PB-PGRI periode selanjutnya (2002-2008). Dalam kesibukan sebagai pengurus PGRI sebagai pimpinan IKIP PGRI Semarang dengan jabatan Pembantu Rektor bidang Akademik masih mampu mayelesaikan program doktornya. Tatkala pemilihan rektor IKIP PGRI Semarang, saya menjadi salah seorang panelis dalam proses penilaian kandidat rektor. Alahmdulillah beliau mendapat kepercayaan menjadi Rektor IKIP PGRI. Keberadaan beliau di PGRI Provinsi Jawa Tengah dan Rektor IKIP PGRI Semarang telah membuat loncatan kemajuan di lingkungan PGRI dan IKIP PGRI. Interaksi dan komunikasi lebih intensif lagi dalam kapasitas saya juga sebagai dosen luar biasa di IKIP PGRI Semarang. Beliau juga mendapat kepercayaan sebagai ketua Asosiasi LPTK Swasta yang memperjuangkan hal azasi para guru sesuai dengan Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Kami terus berqandengan tangan dalam mewujudkan cita-cita dan perjuangan PGRI dalam membela hak dan martabat guru/anggota PGRI.
Berdasarkan kesan mendalam dari interaksi dan penelusuran perjalanan hidup beliau yang bersumber dari berbagai informasi, sampailah saya pada kesimpulan bahwa pak Sulstyo adalah seorang kader sejati PGRI yang lahir langsung dari rahim PGRI dengan segala dinamikanya. Ia bukan kader bajing luncat, kader kutu loncat, kader instan, kader cangkokan dan entah apa lagi, tetapi Ia adalah seorang kader sejati yang benar-benar lahir dari gerak dinamika PGRI sehingga menghayati getaran jiwa, semangat, dan nilai perjuangan PGRI. Penampilan dan kinerjanya sebagai seorang kader merupakan figur otentik yang tampil berbasis kualitas pribadinya secara otonom dan bukan karena nyantol kepada karisma orang lain. Ia tampil tidak instan secara mendadak karena berbagai faktor yang tidak memiliki keterkaitan dengan kepemimpinan. Sebagai seorang kader sejati ia memiliki kualitas komitmen kuat yang ditandai dengan: (1) memiliki wawasan yang luas dan mendalam mengenai berbagai aspek yang berkaitan dengan lingkup kepemimpinannya, (2) Arah tindakan yang senantiasa konsisten dengan visi dan misi kepemimpinannya, (3) Suasana emosional dalam keseluruhan kinerjanya sebagai pemimpin, (4) Identifikasi terhadap orang lain yang diangggap bermakna sebagai rujukan kinerja kepemimpinannya, (5) Memiliki visi atau proyeksi pandangan ke depan, (6) Ketabahan dalam menghadapi tantangan dan goncangan.
Dari simpulan di atas, saya memandang bahwa pak Sulistyo adalah kader muda sejati yang layak menjadi nakhoda PGRI di masa datang. Menjelang kongres PGRI di Lembang tahun 1998, saya mendapat nasehat dari Pak Basyuni (ketua PB PGRI waktu itu) yang menyatakan bahwa: “Seorang pemimpin organisasi harus belajar dari pendahulunya dan mempersiapkan pelanjutnya. Atas nasehat itu, saya berfikir bahwa pak Sulis inilah yang harus menjadi pelanjut kepemimpinan di masa yang akan datang. Pada saat saya dan pak Sudarto menjabat sebagai anggota DPD-RI saya banyak berdiskusi berkenaan dengan kepemimpinan PGRI di masa yang akan datang terutama pasca Kongres PGRI di Palembang tahun 2008. Saya kemukakan bahwa saya menginginkan pak Sudarto agar menjadi pelanjut saya sebagai Ketua Umum PGRI, sementara pak Sulistyo kita usahakan agar menjadi Ketua PGRI Provinsi Jawa Tengah. Dalam kaitan ini pak Sudarto memiliki keinginan yang agak berbeda dengan saya yaitu justru pak Sulistyo kita pejuangkan untuk menjadi pelanjut saya sebagai Ketua Umum PB-PGRI hasil kongres Palembang disamping kita perjuangkan agar menjadi anggota DPD menggantikan pak Sudarto. Pak Sudarto sendiri akan kembali ke PGRI Jawa Tengah sebagai sesepuh organisasi.
Kongres PGRI di Palembang tahun 2008 merupakan akhir masa jabatan saya sebgai ketua umum PB-PGRI dan saat itulah saya harus mempersiapkan pelanjut saya, yang dalam hal ini adalah memperjuangkan agar pak Sulis dapat menjadi Ketua Umum PB-PGRI periode 2008-2013. Saya beserta rekan-rekan yang memiliki jalan pikiran yang yang sama, segera mengembangkan strategi untuk menyukseskan agar pak Sulis terpilih sebagai ketua umum PB-PGRI melanjutkan saya. Agak sedikit cukup berat karena di lingkungan internal PB sendiri banyak yang tidak setuju pak Sulistyo sebagai ketua umum dengan berbagai alasan. Dengan konsolidasi yang mantap, Alhamdulillah pak Sulistyo terpilih sebagai Ketua Umum PB-PGRI untuk periode 2008-2013. Saya merasa puas dengan peralihan kepengurusan itu. Selanjutnya menyusul pak Sulis sukses terpilih menjadi anggota DPD-RI mewakili provinsi Jawa Tengah. Di DPD itulah kami makin intensif bekerjasama khususnya dalam perjuangan pendidikan dan guru. Kongres PGRI tahun 2013 di Jakarta secara aklamasi memilih kembali pak Sulis untuk menjadi ketua umum PB-PGRI periode 2013-2018. Selama menjabat sebagai ketua umum PB-PGRI saya merngamati semua sepak terjangnya sungguh sangat membanggakan, beliau berjuang sebagai kader sejati untuik melanjutkan perjuangan PGRI dalam mewujudkan harkat dan martabat guru. Hubungan dengan presiden RI (SBY dan Jokowi) terjalin erat sebagai sumber energi dinamika PGRI.
Namun dalam puncak kinerja yang amat baik itu, ternyata Allah swt mempunyai jalan lain yang berbeda dengan keinginan dan pikiran manusia. Tanggal 14 maret 2016 Allah swt memanggil pak Sulis menghadapNya. Dalam prestasi puncak itu kita menyaksikan betapa Allah swt menyayangi hambaNya, justru pada saat-saat kita amat membutuhkannya. PGRI telah kehilangan seorang kadernya, dan saya pribadi telah kehilangan mitra yang amat baik. Subhanallah, kita kehilangan akan tetapi Allah swt amat mencintainya. Smoga semua karya yang telah disumbangkan untuk PGRI dan para guu pada umumnya dijadikan sebagai ibadah yang akan membawanya ke surga firdaus. Amin. Selamat jalan pak Sulis kami akan melanjutkan perjuangan demi masa depan para guru dan bangsa Indonesia pada umumnya.
BERSAMA PARA KETUA UMUM PB-PGRI PENDAHULUNYA
——–
*)Ketua Umum PB-PGRI periode 1998-2003, dan 2003-2008