Suara Guru – Kemendikbud telah merilis hasil Tes PISA 2018 yang diselenggarakan OECD. Hasil teranyar dirilis penghujung tahun 2019 menunjukkan bahwa peringkat Indonesia masih di kisaran 10 terbawah dari puluhan negara yang dites.
Skor penguasaan peserta didik Indonesia dalam hal membaca, matematika, dan sains masih belum beranjak ke level menengah. Indonesia memperoleh skor 371 untuk literasi, skor matematika 379, dan skor 396 untuk penguasaan sains. Skor tersebut masih jauh di bawah skor Thailand, Malaysia, apalagi Singapura.
Menanggapi hal tersebut, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) meminta semua pihak mengevaluasi dan melakukan kajian mendalam.
Skor Tes PISA memang bukan satu-satunya ukuran yang menentukan tinggi rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Tetapi tes ini dapat dijadikan masukan penting bagi pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk mengevaluasi dan melakukan terobosan besar sehingga dapat meningkatkan kemampuan peserta didik terutama dalam literasi, matematika, dan sains.
Meski keluasan akses pendidikan di Indonesia telah meningkat pesat, namun persoalan peningkatan kualitas pendidikan masih perlu pembenahan.
Menurut Prof. Dr. Unifah Rosyidi, Ketua Umum Pengurus Besar PGRI, hasil tes ini dapat digunakan sebagai bahan kajian bersama untuk dianalisis di bagian apa dan daerah mana yang harus diperbaiki. “Tidak semua daerah di Indonesia menunjukkan skor rendah, bahkan di beberapa daerah tertentu sudah menunjukkan hasil skor tes PISA yang setara bahkan melebihi Malaysia”, ujarnya.
Ini menunjukkan persoalan disparitas kemampuan daerah di Indonesia yang beragam. Ada kesenjangan hasil pendidikan antardaerah. Ini perlu menjadi kajian mendalam apakah dampak dari desentralisasi pendidikan atau karena faktor lain?
Percepatan kualitas pendidikan di Indonesia menjadi suatu hal penting untuk dilakukan. Tata kelola guru dan pendidikan di setiap daerah sudah ada standardisasi melalui pemenuhan 8 SNP.
Namun, faktanya masih ada persoalan kesenjangan mutu pendidikan antardaerah di Indonesia. Pemerintah dan pemerintah daerah perlu berbenah secara bergotong royong untuk membenahi persoalan-persoalan pendidikan yang kompleks. PGRI di pusat hingga daerah siap membantu pemerintah dalam mempercepat peningkatan kualitas pendidikan.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh mutu guru dan fasilitas pembelajaran. Guru kompeten akan mampu menghadirkan pembelajaran yang efektif. Cirinya adalah siswa senang, kreatif, kolaboratif, bekerjasama, kritis, dan mampu memecahkan masalah. Maka, siswa akan menguasai mata pelajaran dengan sangat baik.
Demikian pula fasilitas belajar yang memadai seperti laboratorium dan perpustakaan digital akan membantu guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Kreativitas dan berpikir kritis akan tumbuh manakala fasilitas belajar di sekolah-sekolah sudah memadai.
Semoga pemerintah mampu meningkatkan kualitas guru dan fasilitas belajar secara bertahap dan berkelanjutan. Dengan demikian tidak ada lagi kesenjangan yang tinggi antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Sebab pada dasarnya setiap anak bisa berkembang cerdas dan berkarakter di tangan guru yang kompeten dan berkarakter.
(Catur dan Jejen)