Suara Guru – Jakarta. Membangun pendidikan di Indonesia tak melulu harus bergerak sendiri, PGRI sebagai organisasi guru yang lahir 100 hari setelah kemerdekaan Indonesia paham betul hal tersebut. Karenanya berbagai kerjasama dengan berbagai elemen anak bangsa dilakukan, selain terkait masalah pendidikan juga masalah kebangsaan. Kali ini, selasa (22/1) Pengurus Besar PGRI bertandang ke organisasi masyarakat tertua di negeri ini, yaitu Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PB NU) di Kramat Raya, Jakarta.
Rombongan PB PGRI dipimpin langsung Ketua Umum Unifah Rosyidi beserta jajaran diantaranya, Sekjen M. Qudrat Nugraha, Ketua Supardi, Wasekjen Farida Yusuf, Sekdep Kominfo Basyarudin Thayib dan unsur-unsur perwakilan PGRI daerah.
Sedangkan dari pihak PB NU, Ketua Umum KH Said Aqil Siroj didampingi sejumlah Ketua PBNU diantaranya KH Abdul Manan Ghoni, H Robikin Emhas, dan H Eman Suryaman.
Dalam pertemuan tersebut Ketua Umum PB PGRI Unifah Rosyidi menyatakan bahwa PGRI dan NU mempunya kesamaan, diantaranya komitmen menjaga NKRI.
“Kami dan NU memiliki banyak kesamaan. Kesamaan membangun NKRI. Kami selalu menjaga NKRI. Kami juga menjaga kesatuan dan persatuan. Karena kesamaan ini, kami berharap bisa berjalan bersama-sama. Kami ingin bersama-sama (dengan NU),” ucap Unifah.
Terkait hal diatas, KH Said Aqil Siroj mengungkapkan bahwa NU bukan kekuatan politik praktis dan NU berkomitmen membangun kekuatan civil society.
“NU bukan kekuatan politik praktis, tapi politik kebangsaan. NU membangun kekuatan civil society (peradaban masyarakat),” ucap Said Aqil.
Said Aqil menambahkan, upaya mempertahankan NKRI tak melulu dilihat dari geografinya saja, melainkan sisi budayanya juga.
“Kita punya tradisi halal bi halal, haul. Itu budaya kita. Jadi kita punya budaya yang sangat luhur sangat agung,” pungkasnya. (Tys)