Jakarta-SuaraGuru. Sejak dikeluarkannya surat edaran dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang upaya pencegahan dan penyebaran virus Corona, sistem pembelajaran konvensional dialihkan ke pembelajaran dalam jaringan (daring). Guru, peserta didik, bahkan orang tua dipaksa untuk beradaptasi secara cepat. Di saat situasi seperti ini, metode daring dianggap solusi yang paling tepat dilakukan agar layanan pendidikan tetap berjalan. Meski aktivitas guru dan peserta didik di sekolah diliburkan, tetapi proses pembelajaran masih dapat terlaksana dari rumah.
Demikian pula dengan aktivitas proses belajar mengajar (PBM) di SMA Plus PGRI Cibinong selama pandemi covid-19. Menaati surat edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan surat edaran Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Nomor 443/ 5867 – Set.Disdik tentang Belajar di Rumah 8 – 29 Mei 2020, maka SMA Plus PGRI Cibinong merubah strategi PBM dari tatap muka menjadi full daring sejak 16 Maret s.d. 16 Mei 2020.
Menurut Kepala SMA Plus PGRI Cibinong, Dr. Basyarudin Thayib, M.Pd., penekanan belajar di rumah bagi peserta didik adalah pada proses menggunakan berbagai platform digital. Peran guru dan orang tua menjadi sangat penting untuk saling bekerjasama dan berkomunikasi agar proses belajar menjadi efektif dan bermakna. Berbagai aplikasi yang digunakan dalam proses belajar mengajar daring di antaranya: google classroom, google drive, google email, google form, youtube, instagram, kahoot, Edmodo, Quiziizz, Whatsapp grup, dan zoom meeting.
Menurut Pak Agus, Wakil Kepala Sekolah SMA Plus PGRI Cibinong, dalam PJJ ini esensi ialah bukan bagaimana guru mengajar tetapi bagaimana siswa dapat belajar. Oleh karenanya siswa dituntut untuk berpikir kritis dalam pembelajaran berbasis proyek yang disuguhkan oleh guru.
Dalam hal ini, guru dituntut kreatif agar dapat menarik simpati peserta didik untuk mau belajar. Lebih lanjut, ia menjelaskan agar peserta didik tidak merasa bosan, maka aplikasi pembelajaran yang dipakai beragam di antaranya zoom, google meet, quizes, webex, serta menggunakan media sosial seperti whatsapp, instagram, serta youtube. Dengan demikian, siswa tetap merasa nyaman mengikuti kegiatan pembelajaran.
Ada sesuatu yang berbeda dari kegiatan pembelajaran selama pandemi ini yaitu setiap harinya siswa hanya mengikuti dua mata pelajaran saja. Hal ini sesuai dengan arahan yang disampaikan oleh Kemendikbud. Sehingga siswa tidak terbebani dengan penumpukan mata pelajaran atau tugas yang diberikan oleh guru.
Kreatifnya di sekolah ini adalah adanya kordinasi sesama guru yang mengajar dalam kelas, hal ini di butuhkan untuk mengukur ketercapaian pembelajaran serta memantau tugas apa saja yang diberikan kepada siswa. Jadi setiap siswa tidak dibebankan pada tugas secara terus menerus. Pemberian tugas dilakukan secara terukur dan bertahap sehingga siswa tidak merasa terbebani.
Menurut penuturan salah satu guru yang mengajar, seiring berjalannya waktu siswa lebih menikmati pembelajaran secara daring dan bahkan ini juga membuat para siswa menjadi lebih kreatif dalam memaknai pembelajaran. Namun demikian tetap saja peran guru tetap dibutuhkan dan tak akan tergantikan.
Walau sementara waktu ini, kami tidak melakukan pembelajaran secara tatap muka, namun kepercayaan orang tua terhadap sekolah tidak boleh kendor, kami selalu memberikan pelayanan terbaik”, ujar Basyaruddin Thayib. Terbukti SPP bulanan yang diterima sekolah tidak berpengaruh saat pandemi ini. Tercatat sekitar 84% orang tua tetap membayarkan kewajibannya kepada sekolah.
Penulis: CNO/Wdy, Editor: Catur N.Oktavian