Delapan negara memaparkan makalah dalam Konvensi Dewan Guru ASEAN + Korea (ACT+1) ke-38 di Hotel Berkeley Pratunam Bangkok pada 6-8 September 2024 dengan tema: Promoting Happy Schooling and Sustainability in Education. Berikut ringkasan pemaparan mereka.
Vietnam berhasil menghadirkan seolah Bahagia. Sekolah bahagia dapat dicapai jika tiga faktor berikut dipelihara di sekolah (Hoang Thu Hang, 2024). Pertama, faktor manusia: Siswa, guru, manajer sekolah, dan staf harus memiliki hubungan yang baik, emosi positif; rasa kerjasama, berbagi, dan saling mendukung; kesehatan dan kondisi kerja yang baik; profesionalisme, kualifikasi, keterampilan kerja, inspirasi dan cara untuk menginspirasi orang lain di tempat kerja.
Kedua, gaya kerja: sekolah yang bahagia harus memastikan keadilan dan menugaskan pekerjaan secara wajar; mendirikan kelompok pendukung; menerapkan metode pengajaran yang menyenangkan dan menarik; membiarkan siswa bebas untuk berkreasi dan mengembangkan persahabatan yang erat; menciptakan kesempatan bagi guru dan siswa untuk mengekspresikan diri dan diakui untuk nilai diri mereka; mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yang menyenangkan, menarik dan bermakna bagi siswa dan guru; mengembangkan saling pengertian dan saling mendukung di antara guru dan siswa; mengadopsi konten pembelajaran yang bermanfaat, realistis, dan menarik; memastikan bahwa siswa dan guru menjaga kesehatan fisik dan mental yang baik; Katakan tidak pada metode manajemen yang membuat stres.
Ketiga, lingkungan kerja: sekolah yang bahagia harus memastikan bahwa ruang kelas dan sekolah nyaman dan ramah; siswa dan guru aman dan tidak diintimidasi; ada ruang hijau dan terbuka untuk belajar dan bermain; Manajer sekolah memiliki visi dan kepemimpinan yang terbuka, berdedikasi, toleran dan psikologis gaya; Guru dan pemimpin sekolah mengadopsi pendidikan disiplin yang positif dan konstruktif; sanitasi terpelihara dengan baik; demokrasi diamati.
Sementara Thailand percaya bahwa siswa bahagia dihasilkan kinerja guru dan tenaga kependidikan. Untuk memfasilitasi proses ini, platform online yang dikenal sebagai “Kinerja Digital Appraisal (DPA) ” dilaksanakan, menandai transformasi signifikan dalam evaluasi sistem untuk kedudukan akademik guru dan tenaga kependidikan. Pendekatan baru ini menekankan evaluasi keahlian profesional, yang tercermin dalam kinerja di seluruh tanggung jawab guru, administrator sekolah, administrator pendidikan, dan pengawas, dan dampaknya terhadap hasil belajar siswa. Hal ini memastikan bahwa siswa belajar secara efektif dan bahagia, menumbuhkan kepercayaan dan kepercayaan diri di antara orang tua, komunitas, dan masyarakat, sehingga berkontribusi pada pengembangan pendidikan yang berkelanjutan (Jarunan Kaewthongnak, 2024).
Singapura secara konsisten mengadaptasi sistem pendidikannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan ekonominya yang terus berubah. Evolusi ini mencerminkan pergeseran bertahap dari sistem yang sangat terpusat dan berorientasi pada ujian ke pendekatan holistik yang lebih fleksibel yang menghargai beragam bakat dan mendorong pembelajaran seumur hidup. Transformasi yang sedang berlangsung ini telah
berkontribusi secara signifikan terhadap reputasi Singapura sebagai pemimpin global dalam Pendidikan (Tuan Luo Kangming Eugene, 2024).
Filipina percaya dengan kekuatan kemitraan. Kemitraan publik dan swasta memanfaatkan kekuatan publik dan swasta untuk menciptakan sekolah yang aman dan berkelanjutan di wilayah kami. Dengan menggabungkan sumber daya, keahlian, dan inovasi, kemitraan ini dapat secara efektif mengatasi tantangan kompleks yang dihadapi lembaga pendidikan dan memastikan lingkungan yang kondusif untuk pengajaran dan pembelajaran (Gilbert T. Sadsad, 2024).
Penelitian integrasi teknologi digital, prinsip happy schooling, dan praktik pendidikan berkelanjutan di sekolah menengah Malaysia, menunjukkan penurunan 22% tingkat kecemasan siswa di sekolah dengan program mindfulness, peningkatan 28% dalam keterlibatan siswa, dan peningkatan rata-rata 0,5 poin nilai dalam skor Ujian Akhir Semester Akademik untuk sekolah yang menerapkan teknologi digital dan inisiatif sekolah bahagia. Hasil ini menggarisbawahi potensi pendekatan pendidikan holistik yang mengutamakan kesejahteraan siswa, literasi digital, dan keberlanjutan dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih efektif dan siap masa depan di Malaysia (Mohd Nazri Abdul Rahman, dkk., 2024).
Laos mempromosikan Transformasi Digital untuk Pengajaran dan Pembelajaran Seumur Hidup. Akses, penyelesaian, kesetaraan gender dan infrastruktur dan fasilitas pendidikan dipantau melalui Sistem Informasi Manajemen Pendidikan yang Efektif (EMIS). Sementara literasi dan numerasi dipantau oleh sensus penduduk, Survei Angkatan Kerja Laos, dan Survei Indikator Sosial Laos (LSIS), informasi tentang pendidikan dan pelatihan teknis dan kejuruan (TVET), serta pendidikan tinggi perlu diperkuat dan dikaitkan dengan hasil pekerjaan. Sementara itu, hasil aktual dan kualitas layanan pendidikan juga perlu dinilai. Survei independen perlu distandarisasi untuk menyelaraskan informasi, memastikan pemantauan indikator SDG (Khamkeo Hansana, 2024).
Brunei Darussalam telah merangkul Penelitian Tindakan Berbasis Kelas sebagai strategi untuk meningkatkan pedagogi guru yang dapat memengaruhi pembelajaran dan pencapaian siswa mereka. Beberapa di antaranya menggabungkan inovasi yang dipimpin guru dan berinvestasi dalam integrasi teknologi yang berkelanjutan. Ini telah membuat kemajuan yang signifikan dalam hasil belajar siswa dan pengembangan profesional guru. (Penroose Saleha Hj Mohd Salleh, 2024).
Sementara Indonesia menyoroti tentang isu lingkungan. Pendidikan saat ini sistem gagal dalam mengatasi tantangan global. Kurikulum untuk pendidikan berkelanjutan harus merangkul pendekatan transformatif, menanamkan keberlanjutan di semua aspek pembelajaran untuk membekali individu untuk mengatasi dan membentuk masa depan yang berkelanjutan (Ifan Iskandar, dkk., 2024).