Suara Guru – Persatuan Guru Republik Indonesia(PGRI) terus bergerak. Organisasi profesi guru yang telah berdiri sejak 100 hari pascaproklamasi ini terus berkomitmen membantu pemerintah dalam peningkatan kompetensi guru. Menjadi guru yang profesional menjadi kebutuhan penting di era revolusi industri 4.0 saat ini. Sekretaris Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Sesditjen GTK), Dr. M. Qudrat Wisnu Aji, S.E., M.Ed., menyampaikan pentingnya guru profesional di era revolusi industri 4.0, dalam seminar nasional (semnas) Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis (APKS) di Gedung Guru Indonesia, Sabtu, 16/11/2019. Revolusi industri generasi keempat ditandai dengan munculnya Internet of Things (IoT), big data, artificial intelligence, cloud computing, block chain, dll.
Menurut Wisnu Aji, sumber daya manusia (SDM) unggul sangat dibutuhkan untuk menciptakan output (peserta didik) berkualitas, salah satu kuncinya berada pada guru. Maka diperlukan guru profesional yang mampu memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu cepat berkembang di era digital saat ini.
Di era revolusi industri 4.0 profesionalisme menjadi suatu hal penting, khususnya dalam dunia pendidikan. Karena hal tersebut merupakan salah satu syarat utama dalam perwujudan pendidikan berkualitas dan berkarakter serta menguasai kecakapan abad ke-21 yang dibutuhkan oleh setiap peserta didik.
Wisnu khawatir bahwa guru saat ini hanya sebagai pemandu sorak di era industri 4.0. Kesiapan guru justru dipertanyakan dalam hal ini. Guru tempo dulu sangat berbeda dengan Guru saat ini, tantangan yang dihadapi guru kini ialah peserta didik generasi Y atau sering disebut generasi millenial, generasi Z disebut juga generasi internet dan generasi Alpha. Perubahan paradigma dalam proses belajar mengajar guru tempo dulu perlu disesuaikan dengan generasi peserta didik. Hal tersebut mendesak dilakukan.
Guru harus mampu memanfaatkan teknologi informasi guna meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan. Kreativitas dan inovasi pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran sangat dibutuhkan dalam KBM. Hal demikian tentunya dapat dipersiapkan melalui sumber daya manusia (SDM) yang unggul dengan kompetensi global.
Guru di sekolah perlu memiliki kompetensi agar mampu menemukan potensi peserta didik sehingga menghasilkan output terampil yang dibutuhkan pada industri 4.0. Menyiapkan peserta didik untuk memiliki kecakapan abad ke-21 merupakan tugas yang diemban oleh guru dengan dibekali berpikir kritis dan analitis, kreatif dan inovatif, komunikatif, dan kolaboratif.
Wisnu menjelaskan beberapa peran guru masa kini, pertama sebagai pengajar harus mampu menyampaikan mata pelajaran agar dapat dimengerti dan dipahami peserta didik. Kedua, guru menjadi penjaga gawang dimana membantu anak didik untuk mampu menyaring pengaruh negatif. Ketiga, guru menjadi fasilitator mampu membantu peserta didik dalam bertukar pikiran. Keempat, guru menjadi katalisator yang mampu mengidentifikasi, menggali dan mengoptimalkan potensi peserta didik. Terakhir, guru menjadi penghubung antara peserta didik dengan sumber-sumber belajar
Beberapa poin yang disampaikan di atas merupakan pidato kunci dalam Seminar Nasional APKS PGRI yang dibuka oleh Sekjen PB PGRI dan ditutup oleh Ketua Umum PB PGRI. Ketua Umum PB PGRI, Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd. , yang pagi harinya mengisi kegiatan serupa di Bandung, mengatakan bahwa guru harus terus belajar meningkatkan kompetensi dirinya melalui berbagai kegiatan seperti seminar, lokakarya, dan pelatihan. Seminar dilanjutkan dengan pemaparan dari berbagai narasumber nasinoal, yaitu Dudung Nurullah Koswara, M.Pd. (Ketua PB PGRI), Dr. Atruf, dan Dr.Jejen Musfah, M.A.(Wasekjen PB PGRI).
Widya/CNO untuk suara guru.
Suara guru, 16 November 2019