Jakarta-SuaraGuru. Banyak sekali kegiatan di sekolah atau organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang dapat dipublikasikan di media masa, seperti majalah Suara Guru. Publikasi ini penting agar masyarakat mengetahui aktivitas yang dilakukan sekolah atau organisasi.
Hari Sabtu, 7 Agustus 2021 telah berlangsung webinar menulis sesi pertama dengan tema “Menulis itu Menyehatkan” yang diselenggarakan oleh Majalah Suara Guru Pengurus Besar (PB) PGRI. Acara diadakan secara daring melalui zoom meeting yang dihadiri oleh 33 orang peserta dari berbagai kota di seluruh Indonesia.
Webinar dijadwalkan akan dilaksanakan dalam empat sesi, setiap Sabtu, dua pekan sekali dari 7 Agustus hingga 18 September 2021.
Webinar Literasi ini menghadirkan tiga narasumber yang sudah tidak diragukan lagi dengan karya dan pengalamannya di bidang menulis. Mereka adalah Tri Harijono (Wartawan senior Kompas 1989-2019), Catur Nurrochman Oktavian, M.Pd (Guru, Penulis buku, Kadep Litbang PB PGRI, dan Redaktur Pelaksana SG), dan Dr. Jejen Musfah, M.A (Dosen UIN Jakarta, penulis buku, Wasekjen PB PGRI, dan Pimred SG). Dipandu Nia Kurniasih, seorang guru SD dari Kabupaten Tangerang sebagai moderator, acara berjalan lancar dan santai.
Dalam sambutannya, Dr. H. Basyarudin Thayib selaku Pemimpin Umum Majalah Suara Guru mengatakan bahwa ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. Kompetensi itu adalah pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Dengan literasi, guru dapat menumbuhkan empat komponen tersebut. Itulah mengapa guru harus dapat menulis.
Pada sesi pertama webinar, materi yang disajikan adalah ‘ Menulis Reportase Kegiatan dan Feature’ yang disampaikan oleh Tri Harijono. Dalam paparannya, ia mengatakan bahwa untuk menulis berita, harus memperhatikan 5W dan 1 H. What, When, Who, Where, Why, dan How. Selain itu, agar tulisan mengalir lancar dan tidak melompat-lompat, tentukan kata kunci di setiap alinea. Satu alinea tidak lebih dari 4-6 kalimat dan satu kalimat tidak lebih dari 17 kata. Hindari penggunaan istilah-istilah asing yang dapat menyiksa pembaca. Penulis yang baik adalah bisa menyajikan persoalan yang berat dengan bahasa yang ringan dan sederhana. Dalam feature penulis tidak terikat pada aturan baku seperti menulis berita. Tidak pula dikekang pola piramida terbalik. Judul dibuat menarik dan abstrak. Lead atau paragraf pertama lebih dinamis dan substansi tulisan lebih tahan lama. Feature bukan fiktif. Penulis dapat menulis sesukanya tapi tetap mengedepankan fakta.
Menanggapi materi pertama, Jejen Musfah menyampaikan bahwa tulisan yang layak diberitakan harus obyektif dan terverifikasi, tidak menyudutkan salah satu pihak dan akurasi datanya dapat dipertanggungjawabkan. Seorang penulis harus mampu melihat sisi menarik dari sebuah peristiwa atau kegiatan. Karena itu, layak tidaknya suatu peristiwa diberitakan tergantung kepada kompetensi penulisnya, selain kejadiannya. Sebaiknya dihindari tulisan yang menyudutkan atau menyinggung orang lain (pribadi dan lembaga). Jika mengkritik suatu kebijakan, sebaiknya dengan menggunakan bahasa yang halus. Selain itu, tulisan harus berguna bagi pembaca dan mencerahkan. Yang terakhir adalah hindari plagiasi.
Tanggapan berikutnya disampaikan oleh Catur Nurrochman Oktavian. Ia mengatakan bahwa untuk menulis tidak harus menunggu datangnya ide. Ide bisa didapat dari mana saja. Ide bisa diciptakan, dikembangkan, dan jangan menunda ide. Apabila telah menemukan ide, langsung eksekusi.
Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan tanya jawab peserta kepada para narasumber. Terakhir, pemberian tugas membuat sebuah berita atau feature, yang harus dikumpulkan para peserta selama satu pekan ke depan. Bagi Anda yang ingin bergabung, silakan mendaftar di https://s.id/WLMSG
Webinar kedua akan dilanjutkan 21 Agustus 2021 dengan topik yang berbeda. Semoga kegiatan literasi majalah Suara Guru ini bermanfaat meningkatkan literasi di kalangan guru.
Penulis: Meynia (Guru SD, anggota PGRI Kabupaten Tangerang)