Oleh: Jejen Musfah
Presiden Jokowi di periode pertama (2014-2019) memfokuskan pada pembangunan infrastruktur. Periode kedua (2019-2024) pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Tidak hanya kuantitas tapi kualitas. SDM unggul.
Kemendikbud menyambutnya dengan program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP). Kualitas peserta didik ditingkatkan melalui penguatan guru. Siswa harus kritis dan kreatif. Kunci SDM unggul ada pada guru.
Tidak ada peserta didik unggul tanpa guru unggul. Guru harus terus belajar. KKG dan MGMP harus hidup. Guru harus menguasai metode pembelajaran berbasis HOTS.
Sejak pendidikan dasar hingga menengah kualitas pembelajaran harus diperbaiki. Tidak satu arah. Guru sentris. Ceramah. Hanya hafalan. Siswa harus aktif sekaligus merasa senang. Siswa harus kritis dan kreatif. Pemecahan masalah harus menjadi tradisi siswa.
Aneka konsep dikenalkan. Sejak lama. Tapi tidak berhasil. Pembelajaran berpusat pada siswa. Pendekatan sainstifik pada K-13. Kecerdasan abad 21. Keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Apa pun namanya, intinya siswa harus berpikir logis, kritis, dan kreatif.
Kritis terhadap apa? Pertama terhadap konsep dan teori dalam setiap mata pelajaran. Siswa tidak hanya sekedar tahu apa tapi mengapa. Siswa dikenalkan pada aneka literatur. Siswa juga ditunjukkan perbedaan pendapat ahli. Bahwa kebenaran ilmiah itu relatif.
Kedua terhadap kehidupan. Lingkungan sosial, flora, fauna, dan natur, memiliki masalah. Siswa harus menjawab mengapa terjadi masalah dan apa aneka alternatif solusi dari ragam masalah tersebut. Inilah pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran yang tidak hanya hafalan atau kognitif, tetapi pemecahan masalah. Jika ini berhasil, maka siswa kreatif. Siswa memiliki karya dan inovasi. Siswa bermanfaat bagi kehidupan.
Aplikasi daring seperti transportasi, makanan, barang, transfer, pembayaran, belanja, membuat hidup efektif dan efisien. Pola hidup manusia modern berubah drastis. Dampak kreativitas dan inovasi.
Berapa juta warga beralih dari mobil dan motor ke MRT? Dari kereta ke MRT? Berapa waktu dihemat karena aplikasi tiket daring, online check in, boarding pass self printing, dan e-tall?
Semakin banyak karya dan inovasi, akan semakin baik kehidupan ini. Pendidikan harus melahirkan manusia-manusia kreatif. Sejak sekolah dasar. Jika manusia tidak berkarya dan berinovasi, maka jangan membuat kerusakan di muka bumi.
Misal, berapa sekolah, kampus, dan kantor yang paperless? Berapa rumah dan toko yang anti atau diet plastik? Sekolah, pesantren, dan kampus subur aneka pengetahuan dan hafalan tetapi kering pengamalan dan aksi nyata!
Acer Indonesia mendukung YPLP PGRI Pusat Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Persekolahan PGRI dengan Teknologi Terkini
Jakarta, – Sebagai wujud komitmen untuk mendukung kemajuan pendidikan di Indonesia, Acer Indonesia melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) hari...