Suara Guru – Covid-19 membuat semuanya terhentak. Dunia seakan abnormal dalam tataran realitas, menghadapi wabah tersebut. Dalam hitungan bulan, Covid-19 menyebar lintas benua, menginfeksi inangnya. Angka kematian meningkat drastis diakibatkan virus berukuran 400-500 micro. Tidak berhenti sampai di sana, semua lini kehidupan merasakan dampaknya. Termasuk pendidikan di setiap jenjang.
Kementerian pendidikan dan kebudayaan yang dikomandoi Mas Menteri Nadiem, mengeluarkan edaran nomor nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran Corona Virus Deseas atau Covid-19. Berisi 6 point, yang satu diantaranya terkait dengan proses belajar di rumah. Kondisi ini menjadi peluang bagi para pendidik untuk melakukan inovasi dan kreativitas dalam pembelajaran, sebagai implementasi merdeka belajar.
Kebijakan Mas Menteri sebagai tindak lanjut dari surat keputusan kepala badan penanggulangan bencana Nasional nomor 13.A tahun 2020 tentang perpanjangan status keadaan tertentu darurat bencana wabah penyakit akibat virus Corona di Indonesia. Perpanjangan selama 91 hari sampai dengan 29 Mei 2020. Merujuk pada edaran dan keputusan gugus tugas penanganan Covid-19, maka pembelajaran di rumah diperpanjang. Kebijakan itu juga diikuti dinas pendidikan dan kebudayaan tingkat provinsi, kabupaten/kota dengan mengeluarkan edaran sesuai kondisi faktual di lapangan.
Permasalahan baru timbul, bagi sekolah yang di daerahnya tidak terjangkau sinyal internet. Tidak sedikit keluhan, baik dari guru, peserta didik dan orang tua peserta didik, terkait pelaksanaan proses belajar mengajar jarak jauh melalui moda daring. Bagi peserta didik yang berada diperkotaan, kondisi ekonomi yang baik dan didukung dengan sinyal internet 4G serta kepemilikan gawai berbasis android bukan halangan melaksanakan pembelajaran moda daring. Belum lagi kesempatan mengakses platform pembelajaran online, semisal ruang guru, rumah belajar, Zenius dll.
Nah, kondisi ini sejatinya merupakan realitas pembangunan yang belum merata untuk negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dengan sebaran penduduk yang juga tidak merata dan tidak terpusat di kota-kota besar. Pembangunan yang belum bisa dinikmati oleh seluruh warga negara. Termasuk mendapatkan pendidikan yang layak. Kenyataan ini tidak perlu kita tangisi dan menbuat kita semakin terpuruk. Tapi kita sikapi sebagai sebuah tantangan untuk tetap memberikan yang terbaik bagi peserta didik.
Aplikasi yang menunjang pembelajaran moda daring, seperti google class room, zoom, edmodo, quizziz dll. Tidak bisa diterapkan tanpa dukungan kepemilikan gawai berbasis android, kuota internet, penguasaan IT guru dan utamanya ketersediaan jaringan internet yang mengcover area di mana peserta didik berdomisili. Hal ini tentu saja menjadi kendala dalam PBM jarak jauh. Akan tetapi pembelajaran harus tetap berjalan, kewajiban guru dan hak siswa tetap harus terpenuhi.
Setidaknya ada beberapa alternatif solusi terkait masalah di atas. Moda luar jaringan bisa menjadi pilihan bagi guru dan juga peserta didik. Moda APK (antar, pelajari dan kerjakan), Guru menyusun bahan ajar ringkas, disertai latihan dan sumber belajar yang tersedia dan dekat dengan peserta didik selama PBM di rumah. Paket bahan ajar dan latihan tersebut bisa di copy dan dihantarkan langsung ke rumah-rumah peserta didik. Moda lainnya dengan membuat teka teki silang (TTS) sesuai materi dan jumlah pertemuan selama belajar di rumah, sama dengan moda APK, TTS juga digandakan dan dihantarkan ke rumah peserta didik.
Moda luar jaringan tersebut memang memerlukan pengorbanan lebih, baik dana dan juga waktu. Akan tetapi moda APK merupakan salah satu solusi agar proses belajar mengajar tetap berlangsung di tengah ketiadaan kepemilikan gawai berbasis android dan ketiadaan jaringan internet. Tentu saja ini hanya salah satu alternatif solusi di tengah masa penanganan darurat wabah Covid-19. Dedikasi dan inovasi guru serta dukungan orang tua menjadi salah satu penentu bahwa hak anak mendapatkan pendidikan tetap terpenuhi
Teknologi memang menawarkan berbagai kemudahan. Apalagi dengan disertakan kemampuan artifisial intelegensi (IA) dalam setiap produk teknologi yang semakin memanjakan dan memudahkan manusia mengakses dan memenuhi kebutuhannya. Khususnya informasi dan alat produksi. Akan tetapi kecanggihan dan kemudahan itu tidak memiliki arti, jika tanpa dukungan ketersediaan jaringan internet serta kemampuan sumber daya manusia dalam pemanfaatannya secara positif. Kondisi seperti ini, seyogyanya pribahasa “tidak ada akar, rotanpun jadi” masih relevan. (Wijaya)
*Ketua Umum PP FKG IPS Nasional PGRI
Acer Indonesia mendukung YPLP PGRI Pusat Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Persekolahan PGRI dengan Teknologi Terkini
Jakarta, – Sebagai wujud komitmen untuk mendukung kemajuan pendidikan di Indonesia, Acer Indonesia melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) hari...