Saya terkejut membaca berita di Republika. Yang menyebut dirinya Ketua umum IGI mengklaim bahwa TIK masuk kurikulum dengan nama informatika adalah perjuangan IGI.
Untunglah kami memiliki dokumentasi yang rapih. Semua perjuangan kami ada di website dan media sosial. Kalau IGI mengklaim itu perjuangan mereka, maka jejak digital akan mentertawakan mereka.
Kami temui langsung Pak Menteri, Pak Muhadjir di ruangannya dan pejabat eselon di bawahnya. Kami taati sms Pak Tjalla Kepala Puskurbuk Kemdikbud dan sms pak Totok Kabalitbang agar tak diumbar di media sosial. Tapi kami jadi tertawa karena ada pahlawan kesiangan, yaitu orang2 yang menyebut dirinya IGI.
Mungkin inilah cara mereka meraih citra. Tanpa berjuang berdarah darah mendapatkan pujian. Bagi kami yang telah bertemu Mendikbud, Menkominfo dan Menperin serta Wapres Jusuf Kalla hanya bisa tersenyum membaca berita di Republika.
Sejarah mencatat siapa yang sesungguhnya berjuang. PGRI melalui Ikatan Guru TIK PGRI telah membuktikan pahitnya perjuangan. Bahkan untuk bisa sampai masuk kelas, 2 jam pelajaran kami dihalang halangi oleh Pejabat Kemdikbud yang sudah mengundurkan diri.
Kepada saudara dan sahabat semua Guru TIK mohon bersatu dalam komando kami. Sebab kita sedang dimainkan untuk pencitraan mereka. Tetap waspada dan jangan terpecah belah. Ada 44 ribu guru TIK siap melaksanakan selamatan di Gedung Guru PGRI. Rumah besar para guru.
Jangan diam menunggu nasib. Teruslah berjuang sampai menjadi kenyataan. Hanya guru TIK lah yang tahu persis apa yang harus dilakukan. Hati hati dijadikan kampanye pencitraan bahwa IGI yang berjuang. Jejak digital tak akan pernah berdusta. PGRI lah yang berjuang dalam operasi senyapnya.
Salam blogger persahabatan,
Omjay
Sekjen Ikatan Guru TIK PGRI