Siak-Riau, Suara Guru—Membawa kapak terbuat dari Baja, Kabupaten Siak memang luar biasa. Pantun itu dibacakan
Mendikbud Muhadjir pada saat membuka Pekan Olahraga dan Seni Persatuan Guru Republik Indonesia (Porseni PGRI) ke-2 Tingkat Nasional Tahun 2016 di Lapangan Tugu depan Istana Siak, Senin (22/8).
Muhadjir menjelaskan, kegiatan ini sangat penting karena di tangan gurulah masa depan bangsa. Guru menanam tetapi tidak bisa dipetik dalam jangka waktu pendek. Paling tidak 30 tahun mendatang baru bisa dipetik. “Guru rela mendidik anak orang lain menjadi presiden tetapi anaknya sendiri belum tentu bisa jadi presiden,” katanya. Menurutnya, pekerjaan guru tidak terbatas di sekolah melainkan sepanjang waktu, tapi guru harus ikhlas agar memperoleh balasan surga.
Muhadjir Effendy menjelaskan, sebagai pembantu presiden di tiga tahun masa pemerintahan, dirinya diminta presiden fokus pada pendidikan vokasi, Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan pendidikan karakter. Sekolah perlu mengembangkan pendidikan karakter siswa. “Nama atau istilah FDS bukan dari saya. Intinya pendidikan karakter harus jadi yang utama di sekolah,” katanya.
Perlu kerjasama banyak pihak untuk keberhasilan program pendidikan. “Saya tidak bisa bekerja sendirian, harus dibantu guru. Guru garda depan pendidikan karakter,” katanya.
Muhadjir menyatakan, guru harus bekerja lebih giat lagi, tidak boleh merasa nyaman dengan kondisi saat ini. Guru harus melakukan terobosan. Pendidikan karakter mencakup etik, estetik, dan kinestetik. Keterpaduan tiga hal tersebut membentuk pribadi yang tangguh. “Guru sosial terkait etis, guru seni terkait estetik, dan guru olahraga terkait kinestetik. Porseni sebagai wahana tukar pikiran para guru dalam pengembangan karakter,” tuturnya.
Plt. Ketua Umum PB PGRI Unifah Rosyidi menyambut baik penunjukkan Muhadjir sebagai Mendikbud karena beliau bukan orang baru dalam dunia pendidikan. “Beliau satu-satunya Mendikbud yang berlatar belakang pendidikan,” katanya di hadapan Menteri, Gubernur Riau, Ketua DPRD, Bupati Siak, dan Pengurus dan Anggota PGRI dari 34 Provinsi.
Dalam sambutannya, Unifah setuju dengan ide pengurangan jam mengajar guru dari 24 jam menjadi 12 jam dari Mendikbud karena jam kerja guru tidak terbatas. “Kerja guru bukan Senin hingga Sabtu di sekolah, tetapi menyiapkan banyak hal terkait pembelajaran saat di rumah,” tegasnya.
Unifah menyatakan, PGRI prihatin terhadap dekadensi moral generasi muda saat ini, sehingga pendidikan karakter sangat perlu, juga mendorong lahirnya UU Perlindungan Profesi Guru. “PGRI siap bersama pemerintah mengkaji setiap kebijakan, seperti full day school atau apa pun namanya. Perlu dicari istilah yang lebih tepat sehingga tidak menimbulkan masalah di masyarakat. Intinya, jangan sampai anak tercerabut dari keluarganya,” tuturnya.
Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman berharap, kegiatan ini mampu memperat persatuan guru dan meningkatkan profesionalisme guru. Selain itu, Porseni Siak 2016 ini bisa meningkatkan pariwisata Siak Kota Istana. Menurut Bupati Siak Syamsuar, ada tiga hal fenomenal terlahir dari Porseni Siak 2016 ini, yaitu terciptanya mars dan bendera Porseni PGRI, serta piala bergilir Mendikbud. “Siak akan tercatat dalam sejarah Porseni PGRI,” katanya. (jen)